Review Jurnal: Daun Mengkudu sebagai Fitofarmaka Budidaya Perikanan

Hallo!
Kembali lagi di review jurnal kali ini. Ulasan kali ini membahas tentang tanaman obat yang berkhasiat atau fitofarmaka yang digunakan bagi pengobatan ikan. Fitofarmaka adalah tanaman obat yang telah lolos proses standardisasi (menurut BPOM) atau bahan yang disarikan dari tanaman dan digunakan dalam pengobatan (menurut istilah kedokteran)
Tumbuhan yang memiliki manfaat pengobatan seperti antibakteria, antiinflamasi, menigkatkan imunitas, mencegah peradangan dapat dimasukkan kedalam kategori fitofarmaka. Fitofarmaka pastinya berbeda dengan jamu. Perbedaannya terdapat dalam pengujian/pelaksanaan yang kompeten, melewati proses ilmiah, memenuhi prinsip etika, serta tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat.
logo
daun mengkudu
Tulisan kali ini akan membahas tentang fitofarmaka daun mengkudu (Morinda citrifolia). Daun mengkudu dipercaya berkhasiat bagi manusia seperti antiinflamasi, mencegah hipertensi, melancarkan aliran darah dan masih banyak lagi. Kira-kira daun mengkudu seberapa efektifkah pada pengobatan penyakit ikan? Penasaran? Langsung saja ke ulasan dibawah ini 


Judul jurnal di review

Efektivitas ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai pengobatan ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii) yang diinfeksi dengan bakteri Aeromonas hydrophila

Hambali, Eko Dewantoro, Eko Prasetio

 

2019

Jurnal pembanding

Efektivitas ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia)  untuk meningkatkan respon imun non spesifik dan kelangsungan hidup ikan mas (Cyprinus carpio)

 

Sri Herlina

 

2017

Sinopsis jurnal yang di review

 

Upaya dalam mengendalikan penyakit dalam budidaya perlu dilakukan untuk mencapai hasil produksi yang maksimal. Tindakan preventif nyatanya lebih baik dilakukan agar kerugian yang terjadi tidak besar. Pengen dalian tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan penggunaan bahan alami berkhasiat atau yang biasa disebut fitofarmaka. Alternatif ini sudah dikenal lebih efektif, murah dan aman serta ramah lingkungan dibanding antibiotik yang dapat menyebabkan resisten.

Penggunaan fitofarmaka dalan jurnal ini adalah sebagai imunostimulan yang merangsang sistem imun ikan dalam pencegahan penyakit MAS yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophilla. Jenis fitofarmaka dalam aplikasi sistem budidaya sudah banyak dikenal seperti ekstrak daun sirih, bawang putih, buah mahkota dewa, dan serbuk lidah buaya.

Penelitian dalam jurnal ini membahas tentang penggunaan jenis fitofarmaka daun mengkudu (Morinda citrifolia) dalam pengobatan ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii). Daun mengkudu telah teruji mengandung senyawa aktif yang mampu meningkatkan imunitas ikan. Bahan tersebut adalah flavonoid, terpenoid, antrakuinon, alkaloid, dan saponin. Daun mengkudu telah teruji dapat mengobati infeksi A. hydrophilla pada ikan nila mas, dan patin

Metode yang digunakan

 

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 3 kali ulangan.








A.    Pembuatan Ekstrak Daun Mengkudu


B.     Pakan Uji

    Ekstrak daun mengkudu dicampur dengan pakan dengan metode coating.


C.     Pengadaptasian dan pemeliharaan Ikan Uji

Sebanyak 18 buah akuarium ukuran 60x40x40 cm³ digunakan, telh didesinfeksi

  • Volume air 43L dengan aerasi
  • Ikan uji direndam dalam air garam (2 menit) untuk melunturkan patogen eksternal
  • Setiap akuarium, terdapat 8 ekor ikan
  • Hari 1: ikan diberi makan dengan pakan tanpa perlakuan
  • Hari 2-7: ikan diberi pakan dengan penambahan ekstrak
  • Pakan diberikan sebanyak 3% bobot tubuh, frekuensi 3 kali sehari
  • Pergantian air 30% dari total volume setiap 3 hari sekali

D.    Penyediaan dan penyuntikan bakteri

Uji tantang dengan Aeromonas hyrophilla 0,1 ml secara intramuscular, kepadatan bakteri 108cfu/ mL. Ikan diberi pakan sesuai dengan perlakuan ekstrak masing-masing


E.     Variabel pengamatan

Pengamatan respon makan dilakukan 7 hari sebelum dan 14 hari sesudah ikan diuji tantang. Pangamatan tersebut dinilai dengan sekor sebagai berikut:

-      = Tidak ada respon makan (pakan terkonsumsi 0-10%)

+     = Respon makan rendah (pakan terkonsumsi 11-40%)

++   = Respon makan sedang (pakan terkonsumsi 41-70%)

+++ = Respon makan tinggi (pakan terkonsumsi 71-100%)   

x      = Tidak diberi pakan

 

Berikut rumus respon makan, pengukuran bobot (W), serta kelangsungan hidup (SR)

Gejala klinis (luka, cara berenang) diamati setiap hari. Pengamatan organ pada hari ke 14 pasca uji tantang. Organ yang diamati adalah hati empedu ginjal. Pengamatan parameter air dilakukan sebagai data pendukung penelitian

Hasil

Respon makan

    Respon makan dan banyaknya pakan yang dikonsumsi mempengaruhi upaya pencegahan penyakit. Semakin banyak ikan mengkonsumsi pakan, semakin banyak ekstrak mengkudu yang dikonsumsi sehingga semakin efektif meningkatkan kekebalan tubuh

Pada hari 1-7, respon makan masih baik dan tinggi karena belum diuji tantang oleh bakteri. Perubahan respon menurun ketika diuji tantang (hari ke 2-4) pada perlakuan A (kontrol positif), C D, E, dan F. Namun pada hari ke 4-5, respon makan mulai meningkat. Pada hari ke 5-15, respon makan semakin lama semakin tinggi. Hal ini menunjukan semakin baik respon makan, semakin cepat pula proses penyembuhan dari suatu infeksi penyakit.


Perubahan bobot

Perlakuan kontrol mendapatkan pertambahan bobot yang paling rendah dikarenakan pakan tidak diberikan ekstrak fitofarmaka ditambah lagi harus melalui uji tantang bakteri, sehingga pertahanan tubuh sangat lemah dan bobot menurun. Perlakuan C, D, E dan F memiliki peningkatan bobot, namun yang tertinggi adalah pada perlakuan D dengan nilai 1,99±0.02 g. Sehingga, perlakuan D (5g) menghasilkan kenaikan bobot terbaik.


Gejala klinis dan penyembuhan luka

Patogenitas diamati secara visual dan diamati setiap hari setelah uji tantang. Hasil menunjukan ikan dis etiap perlakuan mengalami gejala radang bagian punggung (kecuali perlakukan kontrol negatif). Berikut ciri-ciri ikan uji setelah diuji tantang:

  • Nafsu makan menurun
  • Berenang menyendiri
  • Kehilangan keseimbangan
  • Gerakan renang tidak aktif
  • Lendir berlebih, peradangan, sisik terkelupas, ulcer, kerusakan daging, tukak (hari ke-3)

Pada hari ke-9

·         perlakuan B (KN) masih normal

·         perlakuan A (KP) luka membesar dan terjadi kematian

·         perlakuan C, E, dan F masih mengalami tukak

·         perlakuan D tukak mulai mengecil

Sehingga dapat ditarik hasil, perlakuan D (5g) terbaik dalam penyembuhan. Kandungan flavonoid mengurangi peradangan dan meningkatkan sistem imun pada ikan yang terserang A. hydrophila


Kerusakan organ dalam

Pengamatan dilakukan pada hari ke-15. Organ yang diamati adalah  hati, ginjal dan empedu

Kondisi normal ditunjukan pada perlakuan B (kontrol negatif) yaitu hati berwarna merah kecoklatan, empedu berwarna hijau dan ginjal berwarna merah gelap. Patogenitas bakeri A. hydrophila menunjukan penurunan fungsi organ dalam. Bakteri tersebut mampu mengeluarkan eksotoksin yang meneybabkan kerusakan pada organ target.


Tingkat kelangsungan hidup

Perlakuan A (KP) jelas mendapatkan nilai SR terendah karena tidka diberi ekstrak namun diuji tantang. Kelangsungan hidup terbaik (perlakuan B tidak termasuk) didapatkan oleh perlakuan D (5g) dengan nilai 79,2%. Kontrol negatif (perlakuan B) tidak mengalami kematian dan mencapai SR 100%.

Seperti yang terlihat, semakin besar dosis yang diberikan semakin rendah kelangsungan hidup ikan uji. Hal tersebut diduga adanya toksisitas bahan yang jika melampau dosis akan berakibat buruk terhadap ikan. Sehingga kadar terbaik adalah 5 gram.


Kualitas Air


Perbandingan jurnal yang di review dengan jurnal pembanding

 

Perbedaan antara kedua jurnal adalah pada kelengkapan metode penelitian. Jurnal yang direview memiliki detail informasi metode yang lebih lengkap daripada jurnal pembanding. Kedua jurnal juga memiliki perbedaan parameter yang diamati. Jurnal yang direview bertujuan untuk mendapatkan dosis efektif untuk pengobatan dan mengambil parameter seperti respon makan, kondisi klinis dan kelangsungan hidup. Sedangkan jurnal pembanding membuktikan apakah penambahan ekstrak mengkudu dapat meningkatkan leukosit sebagai bentuk imun yang dihasilkan serta kelangsungan hidupnya. Jurnal pembanding terlihat lebih simpel karena hanya sedikit parameter yang diamati, bahkan kualitas air pun tidak direkap.

 

Dari segi perlakuan kedua penelitian, terdapat perbedaan hasil walaupun penggunaan dosisnya yang sama. Pada jurnal yang di review, dosis ekstrak 5g/kg pakan menghasilkan efektifitas terbaik. Ekstrak 10g/kg pakan pada jurnal yang direview menunjukan penurunan efektifitas. Namun pada jurnal pembanding, justru meningkat pada dosis 10g/kg. Dugaan dari saya adalah pada kedua jurnal menggunakan jenis ikan uji yang berbeda sehingga kemungkinan jenis ikan yang berbeda memiliki kerentanan terhadap suatu zat berbeda pula. Dan juga, hal tersebut dapat disebabkan oleh uji tantang yang dilakukan pada jurnal yang direview.

Apa yang baru dari jurnal yang di review

Ikan uji pada penelitian jurnal yang direview adalah jenis ikan khas Indonesia. Ikan ini termasuk ikan konsumsi yang umum di sungai kalimantan dan Sumatra namun jarang terdengar di seluruh Indonesia. Selain itu dalam jurnal ini, dijelaskan metode yang lebih runut dan detail.

Bagaimana pendapatmu tentang jurnal yang di review dan jurnal pembanding

 

Kedua jurnal memiliki tujuan parameter yang berbeda serta salah satu penelitian tidak menggunakan uji tantang. Menurut saya, jurnal yang direview memiliki detail metode yang lebih lengkap dikarenakan adanya uji tantang. Namun, jurnal yang direview tidak membahas mengapa dosis ekstrak yang lebih tinggi justru menurunkan efektifitas. Mungkin bisa dijelaskan dengan aktivitas imun didalam tubuh. Jurnal pembanding sangat rinkas dan ringan sehingga cocok bagi pembaca yang ingin melihat apakah penambahan ekstrak mengkudu bermanfaat bagi pengingkatan leukosit pada ikan.

Apa yang bisa dilakukan untuk penelitian selanjutnya

  • Penyebab atau reksi dalam tubuh ikan ketika pemberian fitofarmaka melewati batas letal
  • Review jurnal yang yang merangkum dosis fitofarmaka yang paling efisien dalam budidaya ikan konsumsi



Berikut ini tautan jurnal yang dibahas

Terima Kasih

Komentar