Review Jurnal : Uji Aplikasi Lapang Vaksin Bivalen Hydrofortivac dan Vaksin Monovalen (Hydrovac Dan Mycofortyvac) pada Benih Ikan Gurami (Osphronemus goramy)

Hi peeps!
Sudah lama tidak upload review jurnal. Berhubung telah memasuki semester genap, template review jurnal sudah berubah dengan tampilan tabel yang berbeda serta ada perbaikan konten isi sehingga lebih mudah dipahami.
Jurnal yang di-review kali ini terinspirasi dari tema penelitian dosen untuk divisi laboratorium Kesehatan Ikan, yaitu tentang vaksin Mycobacterium pada ikan gurame. Karena menurutku perkembangan vaksin ini sudah banyak diteliti, maka aku memilih penelitian dengan vaksin bivalen yaitu antara Mycobacterium fortuitum dan Aeromans hydrophila.
Alasan lain aku memilih jurnal ini adalah sekaligus memperdalam pengetahuan tentang si Mycobaterium ini untuk (semoga) penelitian berkaitan teteng vaksin bakteri ini yang katanya juga susah dikultur, bersifat zoonosis dan lainnya. But it's ok, yang menantang lebih mengesankan.
Yuk langsung aja ke review!



Jurnal yang di review
(Judul, Pengarang, dan Tahun)

:
Uji Aplikasi Lapang Vaksin Bivalen Hydrofortivac dan Vaksin Monovalen (Hydrovac Dan Mycofortyvac) pada Benih Ikan Gurami (Osphronemus goramy)
Desy Sugiani, Otong Zenal Arifin, Uni Purwaningsih, Asependi, Edi Farid Wadjdy
2016
Judul jurnal pembanding


:
Proteksi Vaksin Monovalen Dan Koktail Sel Utuh terhadap Ko-Infeksi Mycobacterium fortuitum dan Aeromonas hydrophila pada Ikan Gurame, Osphronemus gouramy
Uni Purwaningsih, Agustin Indrawati, Angela Mariana Lusiastuti
2014

Efektivitas Vaksin Bivalen Aeromonas hydrophila dan Mycobacterium fortuitum untuk Pencegahan Infeksi Penyakit pada Ikan Gurami (Osphronemus goramy)
Desy Sugiani, Yani Aryati, Tatik Mufidah,  Uni Purwaningsih
2015
Sinopsis jurnal yang di review

:
     Ikan gurame merupakan salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di Indonesia namun sering kali rentan terhadap infeksi bakteri  Aeromonas hydrophila dan Mycobacterium fortuitum. Bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit yang bernama  Motile Aeromonas Septicemia (MAS) (penyakit bercak merah) serta  Mycobacteriosis. Penyakit MAS dapat menimbulkan kematian dari 10% hingga 70 %. Sedangkan penyakit Mycobacteriosis dapat menyebabkan kematian dari 60% hingga 80 %. Beberapa penanggulangan penyakit tersebut dilakukan dan salah satunya adalah dengan menggunakan vaksin. Vaksin yang digunakan dalam penelitian ini adalah vaksin monovalen HydroVac (mengandung bakteri inaktif A. hydrophila), monovalen  MycofortyVac (mengandung bakteri inaktif M. Fortuitum) serta bivalen HydrofortiVac (mengandung keduanya).

gejala klinis ikan yang terserang kedua bakteri patoken diatas

     Vaksin HydrogalaksiVac adalah vaksin bivalen yang berisi 1010 CFU/mL bakteri sel utuh A. hydrophila AHL0905-2 dan109 CFU/mL sel utuh M. fortuitum 31 dengan perbandingan 1:1 v/v. Vaksin HydroVac merupakan vaksin monovalen yang mengandung 1011 CFU/mL sel utuh (whole cell) bakteri A. hydrophila AHL0905-2 inaktif.  Vaksin MycofortyVac merupakan vaksin monovalen dengan k
omposisi 1010 CFU/mL sel utuh (whole cell) bakteri M. Fortuitum-31 inaktif  Menurut penelitian sebelumnya, ketiga vaksin tersebut memiliki keunggulan masing-masing dan terbukti meningkatkan sintasan ikan gurame. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi penggunaan vaksin terbaik dengan dosis yang telah ditentukan sehingga lebih praktis dan efisien dalam penggunaan dan dapat mencapai sintasan tertinggi pada fase pembenihan ikan gurame.
Metode yang digunakan

:
1.       Persiapan vaksin dan hewan uji
Vaksin yang digunakan adalah tiga jenis vaksin yaitu bivalen HydrofortiVac, monovalen HydroVac, dan monovalen MycofortyVac dengan dosis yang telah ditentukan. Pengaplikasian dilakukan dengan dua tahap yaitu dengan perendaman dan oral. Ikan yang digunakan adalah benih gurame hibrid dengan ukuran 5,45 cm dan bobot 4,33 gram
2.  Perlakuan uji lapang dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya (Kecamatan Padakembang dan Kecamatan Manonjaya) dan di Kabupaten Ciamis (Kecamatan Cigayam) Provinsi Jawa Barat. Perlakuan yang digunakan adalah  perlakuan vaksin HydrogalaksiVac, perlakuan HydroVac, perlakuan MycofortyVac, dan perlakuan kontrol (tanpa vaksinasi). Waktu penelitian berlangsung pada Juni-Desember 2015. Pemeliharaan dilakukan pada bak pendederan dengan padat tebar  40 ekor/m2.
3.   Vaksinasi dengan perendaman:  0,2 mL vaksin untuk 1 L air, dengan lama waktu perendaman adalah sekitar 60 menit.
Pada minggu ke-6, dilakukan booster secara oral pada pakan dengan dosis  2-3 mL/kg bobot badan ikan.  Pencampuran vaksin dalam pakan menggunakan volume standar yaitu 3 mL vaksin untuk 1 kg ikan (0,003 mL/g ikan). Vaksin diberikan 5 hari berturut turut dengan pakan  sebanyak 3% per bobot ikan.
4.    Wawancara dilakukan dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan pada 30 responden yaitu pembudidaya pengguna vaksin. Beberapa hal yang ditanyakan adalah pemahaman terhadap serangan wabah penyakit, gejala klinis, tindakan pencegahan serta pengobatan yang pernah dilakukan, pemahaman tentang vaksin serta faktor yang mempengaruhi keberhasilan program vaksinasi nasional (GERVIKAN/Gerakan Vaksinasi Ikan)
5.   Analisis data menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan.  Sampling pengukuran pertumbuhan panjang dan bobot ikan gurami dilakukan setiap dua bulan sekali dengan jumlah sampel 30 ekor/perlakuan
Hasil

:
1.       Pertumbuhan
Pertumbuhan terbaik terdapat pada perlakuan dengan mengunakan vaksin bivalen dan di semua lokasi. Hal tersebut terbukti bahwa vaksinasi dapat  meningkatkan level ketahanan tubuh ikan dalam bentuk antibodi sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit potensial.  Setelah enam bulan pemeliharaan dilakukan panen ikan gurami dan diperoleh rata-rata panjang standar 13,38 cm; panjang total 15,45 cm; tinggi standar 6,53 cm; tinggi total 7,96 cm; dan bobot rata-rata 81,69 g.
2.       Sintasan
Berikut rataan sintasan dengan vaksin bivalen HydrofortyVac, monovalen Aeromonas hydrophila, monovalen Mycobacterium fortuitum dan kontrol: 52,3% ; 32,5% ; 28,5% ; 25,8%
Hasil yang didapat sudah terbukti dapat meningkatkan  sintasan ikan 10%-20% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
Perlu diingat, manfaat dari uji lapang adalah memastikan bahwa vaksin yang digunakan  memiliki efektivitas dan aman digunakan pada sistem budidaya
3.  Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Vaksinasi (Hasil Wawancara)
Faktor terserangnya ikan gurame oleh penyakit dapat diperngaruhi hal seperti gangguan lingkungan, nutrisi yang kurang baik, dan serangan penyakit. Penyakit bakteri nyatanya memang menyerang paling banyak dan sering (Aeromonas hydrophilla dan  Mycobacterium fortuitum) Dan ternyata salah satu bakteri yang menyerang ikan gurame yaitu Mycobacteria memiliki potensi zoonosis terhadap manusia.
·         Serangan wabah penyakit
Pernah : 96,15%
Tidak pernah : 3,85%
·         Umur benih yang terserang penyakit
<3 bulan : 33,33%
3-5 bulan : 54,17%
>5 bulan : 12,5%
·         Jenis penyakit
Stress : 4%
Jamur : 20%
White spot : 8%
Bakteri Aeromonas : 48%
Jamur+bakteri : 12%
Diduga virus : 8%
Kebanyakan pembudidaya akan memisahkan ikan yang sakit ke wadah lain dan meerendamnya dalam larutan garam. Salah satu alasan pembudidaya tidak menyediakan vaksin adalah karena sulit mendapatkan akses vaksin tersebut.
·         Tindakan pengendalian
Herbal : 12,5%
Karantina+garam : 70,83%
·         Kesediaan vaksin
Ya : 78,26%
Tidak : 21,74%
·         Faktor pemilihan vaksin
o    Bentuk
Cair : 50%
Powder : 50%
o    Jenis antigen
Monovalen : 20%
Polivalen : 80%
o    Harga
<100 ribu : 62,6%
100-200 ribu : 18,7%
o    Cara Pemberian
Injeksi: 0%
Perendaman : 60%
Pakan : 40%
Perbandingan jurnal yang di review dengan jurnal pembanding

:
     Jurnal pembanding merupakan jurnal dengan kata kunci serupa yaitu vaksin polivalen pada ikan gurame untuk menanggulangi penyakit MAS dan Mycobacteriosis. Kedua jurnal sebelumnya lebih menitikberatkan kepada kondisi darah atau aktifitas imun dalam tubuh ikan setelah divaksinasi dan diuji tantang. Parameter yang diamati dalam jurnal pembanding adalah gambaran darah, titer antibodi,  uji respiratory burst (NBT), dan nilai RPS. Sedangkan jurnal yang di review, lebih mengarah kepada pengeplikasian di lapang dan bersifat semi eksperimentasl. Hal tersebut berdasarkan kepada data yang diperoleh ada yang dari melakukan eksperimen serta wawancara dengan pembudidaya. Selain itu, vaksin yang digunakan berbeda dalam segi pembuatan. Vaksin bivalen serta monovalen dalam jurnal yang di review merupakan vaksin yang sudah jadi atau tidak melewati pembuatan serta pengenceran dengan metode khusus. Vaksin yang digunakan sudah terkandung dosis yang terbaik yang telah dilakukan penelitian sebelumnya. Kedua jurnal pembanding terdapat uji tantang yang menjadi tolak ukur mengetahui dosis yang terbaik. Jurnal yang di review bertujuan untuk   mengetahui potensi yang terbaik dari kedua jenis vaksin tersebut (bivalen dan monovalen) pada ikan gurami di kolam budidaya.
Apa yang baru dari jurnal yang di review

:
     Penelitian bersifat semi eksperimental dan vaksin yang digunakan merupakan vaksin yang siap pakai tanpa harus membuat dengan metode tertentu. Jurnal terkesan lebih simpel. Kegiatan wawancara juga menjadi kekuatan dalam jurnal ini. Metode wawancara ini juga menjadi salah satu sumber data yang menguatkan bahwa apakah pembudidaya mengenal tindakan preventif jika ada introduksi patogen. Informasi yang dicantumkan sudah sesuai judul yaitu pengaplikasian vaksin di wadah budidaya sehingga tidak diperlukan uji dosis yang tepat bagi ikan gurame. 
Bagaimana pendapatmu tentang jurnal yang di review dan jurnal pembanding

:
Jurnal yang di-review cocok bagi pembaca yang ingin mengetahui tentang aplikasi vaksin polivalen di lingkungan budidaya ikan gurame serta ingin mengetahui bagaimana penggunaan vaksin di budidaya. Sedangkan, jurnal pembanding bertujuan untuk membuktikan kerja vaksin sehingga didapatkan pembuktian bahwa vaksin tersebut memang baik dan mendapatkan dosis yang pas untuk diberikan kepada ikan. Jika pembaca ingin mengetahui secara detail kerja vaksin polivalen hingga efeknya bagi sistem imun dalam tubuh, jurnal pembanding lebih cocok sebagai referensi.
Apa yang bisa dilakukan untuk penelitian selanjutnya

:
Penelitian yang bisa dilakukan selanjutnya adalah vaksinasi dengan ikan yang berbeda serta parameter tentang kondisi imunitas tubuh terhadap vaksin tersebut. Diperlukan juga adanya uji tantang terhadap patogen spesifik.


Nah, begitulah review yang telah ku buat. Semoga dapat berguna bagi teman-teman yang membutuhkan referensi. Tautan jurnal akan aku taruh di bawah ini
Jurnal yang di-review
Jurnal pembanding 1
Jurnal pembanding 2
Data lengkap bisa dibaca di jurnal yaaa

See you!

Komentar